Quo Vadis Implementasi Model Pengembangan Mutu Juran Di Lembaga Pendidikan Islam
DOI:
https://doi.org/10.61181/ats-tsaqofi.v2i1.211Keywords:
Pendidikan Islam, Mutu, Josep M JuranAbstract
Sistem pendidikan Islam merupakan wahanapembentuk manusia sempurna sebagai fondasi awal dalam pembangunan peradaban madani dan mewujudkan rahmat bagi seluruh umat manusia.Pendidikan Islam dianggap bermutu bila outputnyamampu mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup yang berperspektif Islam. Mutu dalam konsep Joseph M Juran adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use) yang memuat lima dimensi yaitu: mutu desain, mutu kesesuaian, ketersediaan, keamanan, dan field use dimana kecocokan penggunaan tersebut didasarkan atas lima ciri utama, yaitu: teknologi (kekuatan atau daya tahan), psikologis (citra rasa atau status), waktu (kehandalan), kontraktual (adanya jaminan), dan etika (santun ramah dan jujur).Implementasi konsep mutu Juran dalam lembaga pendidikan Islam dapat dilakukan dengan pemenuhan mutu desain pendidikan dengan merujuk pada berbagai kebijakan pemerintah tentang pendidikan, khususnya pendidikan Islam, yang tuangkan dalam visi, misi, dan tujuan pendidikan serta kurikulum yang ditawarkan. Tantangan pengembangan mutu lembaga pendidikan dalam hal ini sering kali dihadapkan pada kebijakan pemerintah khususnya berkaitan dengan sistem zonasi dan kurikulum sehingga lembaga pendidikan seringkali gagal mempertahankan ‘keistimewaannya’ masing-masing sebagaimana disyaratkan dalam konsepJuran. Tantangan berikutnya adalah tingkat kesadaran tentang mutu dan konsistensi dalam mempertahankan dan perbaikan terus menerus. Hal ini mengindikasikan bahwa permasalahan mutu pendidikan pada dasarnya merupakan permasalahan pendidikan yang bersifat dinamis yang tidak bisa diselesaikan dalamsatu waktu dan satu konsep pengembangan mutu.
Sistem pendidikan Islam merupakan wahanapembentuk manusia sempurna sebagai fondasi awal dalam pembangunan peradaban madani dan mewujudkan rahmat bagi seluruh umat manusia.Pendidikan Islam dianggap bermutu bila outputnyamampu mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup yang berperspektif Islam. Mutu dalam konsep Joseph M Juran adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use) yang memuat lima dimensi yaitu: mutu desain, mutu kesesuaian, ketersediaan, keamanan, dan field use dimana kecocokan penggunaan tersebut didasarkan atas lima ciri utama, yaitu: teknologi (kekuatan atau daya tahan), psikologis (citra rasa atau status), waktu (kehandalan), kontraktual (adanya jaminan), dan etika (santun ramah dan jujur).Implementasi konsep mutu Juran dalam lembaga pendidikan Islam dapat dilakukan dengan pemenuhan mutu desain pendidikan dengan merujuk pada berbagai kebijakan pemerintah tentang pendidikan, khususnya pendidikan Islam, yang tuangkan dalam visi, misi, dan tujuan pendidikan serta kurikulum yang ditawarkan. Tantangan pengembangan mutu lembaga pendidikan dalam hal ini sering kali dihadapkan pada kebijakan pemerintah khususnya berkaitan dengan sistem zonasi dan kurikulum sehingga lembaga pendidikan seringkali gagal mempertahankan ‘keistimewaannya’ masing-masing sebagaimana disyaratkan dalam konsepJuran. Tantangan berikutnya adalah tingkat kesadaran tentang mutu dan konsistensi dalam mempertahankan dan perbaikan terus menerus. Hal ini mengindikasikan bahwa permasalahan mutu pendidikan pada dasarnya merupakan permasalahan pendidikan yang bersifat dinamis yang tidak bisa diselesaikan dalamsatu waktu dan satu konsep pengembangan mutu.
Sistem pendidikan Islam merupakan wahanapembentuk manusia sempurna sebagai fondasi awal dalam pembangunan peradaban madani dan mewujudkan rahmat bagi seluruh umat manusia.Pendidikan Islam dianggap bermutu bila outputnyamampu mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup yang berperspektif Islam. Mutu dalam konsep Joseph M Juran adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use) yang memuat lima dimensi yaitu: mutu desain, mutu kesesuaian, ketersediaan, keamanan, dan field use dimana kecocokan penggunaan tersebut didasarkan atas lima ciri utama, yaitu: teknologi (kekuatan atau daya tahan), psikologis (citra rasa atau status), waktu (kehandalan), kontraktual (adanya jaminan), dan etika (santun ramah dan jujur).Implementasi konsep mutu Juran dalam lembaga pendidikan Islam dapat dilakukan dengan pemenuhan mutu desain pendidikan dengan merujuk pada berbagai kebijakan pemerintah tentang pendidikan, khususnya pendidikan Islam, yang tuangkan dalam visi, misi, dan tujuan pendidikan serta kurikulum yang ditawarkan. Tantangan pengembangan mutu lembaga pendidikan dalam hal ini sering kali dihadapkan pada kebijakan pemerintah khususnya berkaitan dengan sistem zonasi dan kurikulum sehingga lembaga pendidikan seringkali gagal mempertahankan ‘keistimewaannya’ masing-masing sebagaimana disyaratkan dalam konsepJuran. Tantangan berikutnya adalah tingkat kesadaran tentang mutu dan konsistensi dalam mempertahankan dan perbaikan terus menerus. Hal ini mengindikasikan bahwa permasalahan mutu pendidikan pada dasarnya merupakan permasalahan pendidikan yang bersifat dinamis yang tidak bisa diselesaikan dalamsatu waktu dan satu konsep pengembangan mutu.